Sunday, July 28, 2013

tentang pagi

camera phone

Woaaaaah ini pertama kalinya saya pulang naik kereta paling pagi, jam 5.20! Dan inilah pemandangannya, mahatari terbit dari jendela kaca kereta Sriwedari terlihat sangat bulat, oranye, kayak kuning telur bebek! Dari cuma langit berwarna kekuningan, muncul seperduabelas kuningan telur-setengah-tiga perempat, lalu eeeh keretanya belok, jadi nggak keliatan lagi deh -_-

Kalo ditulis sok dramatis dari hasil imajinasi begini kira-kira,



Bersamamu, akhirnya kurasakan hangat ini, pagi buta sebelum dedaunan berfotosintesis, yang mengubah pandanganku tentang sang fajar. 

Dari tempatku terlelap, kau menghampiriku, bertanya sudah siapkah untuk pergi. Aku hanya mengangguk sambil mengepak barang-barangku. Tas ransel berisi sebuah kamera plus sebuah lensanya serta berisi jaket dan pakaian tebal untuk kupakai jika dingin melanda nantinya. Di depan kamarku kau tersenyum menyambutku hangat di pagi yang dingin. Sambil melihatku menyimpul tali sepatu converse butut kau tersenyum lagi, lalu berkata. "Ini perjalanan pertama kita, semoga menyenangkan. Kau siap, kan?" tanyanya sekali lagi. Dan "Yep! Tentu!" jawabku, sebenarnya dengan malas. Kenapa kau mengajaku pergi sepagi ini, aku benci pagi!

Stasiun Tugu, kami menunggu kereta kami yang hendak membawa kami ke arah timur. Dingin sekali pagi itu. Ku masukkan tanganku ke saku jaket, kamu juga. Kita menunggu, dalam diam. Terlihat mencoba menghangatkan diri masing-masing. Lalu kau menatapku dari samping. Aku membalas. "Sebentar lagi kereta datang." "Yah, lebih cepat lebih baik. Aku tak tahan lagi." jawabku ketus. 

Tak beberapa lama kereta ekonomi yang kami tumpangi datang. Kami masuk dan duduk bersampingan. Kereta melaju ke arah timur, ke arah matahari terbit dan menyentrongkan sinarnya yang kuanggap mengerikan. Dengan nada masih bete aku berkata, "Sebentar lagi matahari muncul, kita menghadapnya. Pasti silau, daaaan.. bikin pusing. Aku mau tidur saja." kataku, lalu menutupi wajahku dengan cardigan yang ku pegang. Kamu hanya tersenyum, lalu memejamkan mata juga. 

Waktu itu aku mengecek jam di handphone, 5.40 lalu ku cek aplikasi cuaca juga, sunrise, 5.50. Ah sebentar lagi matahari terbit! Pikirku, aku memejamkan mata, takut silau. Semenit berlalu, aku tak bisa terlelap juga. Dua menit aaah sial. Akhirnya kuberanikan diri membuka mataku. Semburat kuning mulai terlihat di depan mataku. Entah apa yang ada dipikranku, aku malah mengambil kamera dari tas ranselku. Bersiap memotret. Kulirik kamu, masih terlelap. Aku diam, melanjutkan menyetel kamera. Menjelang 5.48 langit mulai berwarna oranye, entah kenapa jantungku berdegup. Aku mulai bersemangat. Sebentar kemudian munculah apa yang selama ini ku benci. Bulat, oranye dan hangat. Matahari terbit. Ya, dia terbit! Aku sudah mengambil semua fotonya dan aku menikmatinya, si bulat oranye dan sangat hangat. Tidak terlalu buruk, pikirku. Eh tidak, ini keren. Ralatku. 

Semenit dua menit tiga menit, aku makin terpukau akan hangatnya sesuatu yang selama ini ku hindari. Jantungku masih berdegup. Organku yang lain, si hati, berbisik. Hai pagi, kau ternyata luar biasa. Aku salah tentangmu.

Kulirik kamu, masih terlelap. Walaupun terlihat menyebalkan ternyata hangatmu sama persis dengan yang kurasakan saat ini. 

FIKSI

HAPPY SUNDAY, anyway~

No comments:

Post a Comment