Friday, July 26, 2013

syukurmu?



Suatu pagi, ditengah keramaian lautan manusia. Entah apa filosofi dari ceritaku, aku hanya bercerita.

Aku diam, tapi mengamati sekeliling. Terlalu banyak manusia disana. Tepat di depan saya ada seorang pria, dia berkacamata, tubuhnya tinggi dan berkumis lebat, tapi wajahnya masih muda, mungkin sekitar dua puluh tujuh tahun. Memegang handphone nya, sepertinya sedang membaca pesan masuk. Raut mukanya tidak santai, agak sedikit tegang, mulutnya komat-kamit membaca pesan. Tak lama dia mengumpat. Kata-kata kotorpun keluar dari mulutnya. Entah apa yang membuatnya marah, aku tak peduli.

Aku mengarahkan pandangan, ke arah jam dua ku, disana ada sekumpulan perempuan. Masih abg, kalo jaman sekarang disebut ababil atau abg labil. Ada tiga orang, seorang paling cantik menurutku, seorang berambut keriting, dan seorang lagi manis dengan kulit agak gelap. Mereka berbicara serius, kadang bercanda, kadang tertawa. Lalu si kulit gelap menyeletuk, "Aku nggak suka sama kulitku! Aku nggak cocok pakai warna apapun! Aaaah.. bete!" Dua orang yang lainnya merespon, "Mending sih dari daripada jerawatan! Asal bersih aja menurutku." Lalu mereka melanjutkan ngerumpi dan bercanda. Dasar ababil. 

Aku mengalihkan padangan lagi, sekarang ke arah jam sembilan. Disana ada seorang wanita muda, sedang sibuk dengan laptopnya, sepertinya mengerjakan sesuatu. Entah apa itu. Mukanya serius, tangan kanannya tidak berhenti mengklik scroll lalu menggerakkannya kesana-kemari, lalu meng-zoom screen, menggerakkan mouse kesana kemari lagi. Tiba-tiba wajahnya panik. Jelek sekali. Lalu mengumpat, "Sialan ni laptop, belom ke save kerjaan gue! Laptop kampret!"

Risih mendengar wanita mengumpat. Mataku berkeliling lagi, mencari-cari objek yang menarik diamati. Agak jauh disana, sekitar arah jam sebelas. Ada seorang ibu dan anak. Si ibu sepertinya habis belanja, ditangannya terdapat dua buah kantong plastik, satu cukup besar, satu kecil. Si anak terlihat baru saja datang untuk menjemputnya. Sayup-sayup terdengar, "Ibu belanja apa?" "Ini, ada kangkung sama tempe goreng. Ibu mau bikinkan tumis kangkung, kesukaan kamu." "Terus ibu beli apa lagi?" "Ya itu, sama bumbu-bumbunya." "Masa itu doang?" Lalu terlihat raut wajah ibu yang tadi berseri-seri menjadi agak canggung, memaksakan senyum. Keriput di pelipis mata mulai terlihat lebih jelas. 

Aku memejamkan mata. Otakku bekerja memutar memori-memori sehari yang lalu, seminggu, sebulan, setahun. Lalu dia berbicara, entah bagaimana dia bicara, tapi aku mendengarnya. "Kau juga sering seperti itu. Bukan kah Tuhanmu menyuruhmu untuk bersyukur akan setiap nikmat yang telah diberikan padamu?"


instropeksi, mari.

No comments:

Post a Comment